ANEKARTIKEL

                     UPAYA  MENINGKATKAN CITRA SEKOLAH DI MATA MASYRAKAT
                       MELALUI PEMBERDAYAAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

        Sekolah sebagai lingkungan intelektual  di tengah masyarakat . Dalam lingkungan sekolah terdapat komponen kepala sekolah, guru, siswa dan beberapa komponen pendidikan lainnya seperti pustakawan, tenaga tata usaha dan penjaga sekolah. Masyarakat sebagai komponen luar lingkungan sekolah memberikan tanggung jawab pendidikan formal anak-anak mereka terhadap sekolah untuk menumbuhkembangkan secara optimal semua potensi kemanusiaan dalam diri anak-anak tersebut sehingga nantinya menjadi manusia seutuhnya seiring makna pendidikan itu sendiri.
        Sebagai lingkungan intelektual, sekolah menjadi pusat pembentukan karakter setiap anak didik yang tidak hanya ditandai dengan perubahan kemampuan kognitif, afektif serta gerak namun harus dibarengi dengan pematangan serta pengolahan aspek kejiwaan mereka. Sekolah adalah bengkel manusia yang dituntut untuk memanusiakan manusia, mengenalkan kepada budaya dan arti hidup itu sendiri. Sedemikian berat tanggung jawab yang diemban sebuah lembaga yang bernama sekolah,  sebuah tanggung jawab yang maha luas melebihi luas lahan sekolah itu sendiri yang kadang hanya terdiri dari tiga ruangan dengan atap yang bocor tanpa pagar sebagai batas teritorial lingkungan intelektualnya. Tetapi sedarurat apapun sebuah sekolah, ia tetap saja sebuah pusat kebudayaan tempat manusia dimanusiakan.
        Melirik uraian di atas, terasa bahwa sudah sangat sewajarnya bila sekolah mendapat perlakuan istimewa di hati masyarakat selaras dengan makna keberadaannya. Namun derajat pengakuan masyarakat sangat tergantung pada kemampuan komponen-komponen di dalam lingkungan sekolah itu sendiri untuk memberdayakan diri mengangkat nama baik sekolah itu. Selain siswa, para guru dan komonen lingkungan sekolah lainnya, kepemimpinan seorang kepala sekolah adalah faktor penentu yang akan memberikan nilai dan arti keberadaan sekolah dalam masyarakat. Jati diri sebuah sekolah sebagai lingkungan intelektual, sebagai pusat kebudayaan pembentuk karakter bisa jadi hanya akan terus terpajang sebagai slogan  yang terangkai dengan kalimat indah sebagai visi dan misi. Pencitraan sekolah sebagai satu lembaga yang bertamabat memang bukan kerja biasa, butuh semangat dan keihlasan dari seorang kepala sekolah sebagai yang diberi tugas tambahan dalam menata dan memotivasi komponen-komponen pendidikan dalam lingkungan sekolah  untuk bekerja dalam satu irama menciptakan dan menghidupkan citra sekolahnya sebagai yang pantas dikalungkan bunga terindah.
        Kepemmimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisasi sesuai dengan pengertiannya sepeti yang dikemukakan oleh Sadili Samsudin (2006:287) bahwa yang dimaksud kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai tujuan bersama. Sejalan dengan pengertian di atas kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu mendayagunakan peran kepemimpinannya dalam mengelola organisasi. Komponen-komponen pendidikan dalam satu lingkungan sekolah dapat melaksanakan masing-masing fungsinya dengan koordinasi dari kepala sekolah, tanpa arahan dan petunjuk yang jelas maka fungsi dari komponen-komponen pendidikan tersebut akan berjalan di tempat sekedar melepaskan diri dari kewajiban. Tak heran bila masih banyak sekolah yang keberadaannya tidak menunjukkan perubahan walaupun telah didukung oleh jumlah dana yang banyak   sementara ada sekolah yang mampu menata diri dengan pengelolaan yang baik.
        Citra dan martabat suatu sekolah sepenuhnya berada dalam kepemimpinan kepala sekolah, semampu apa seorang kepala sekolah menggali dan memanfaatkan semua potensi dalam lingkungan sekolahnya. Peningkatan kualitas pendidikan sebagai tolak ukur pencitraan suatu sekolah dapat tercapai bila mana kepala sekolah dapat memberdayakan tugas yang diembannya terintegrasi dalam satu kerja sama tim. Dalam hal ini perlu dipahami tugas dan peran dari kepala sekolah seperti yang dikemukakan Wahjosumidjo (2009:97) adalah :
Sebagai penanggung jawab
Kepala sekolah betindak sebagai penanggung jawab atas segala tindakan yang dilalukan oleh bawahannya. Perbuatan yang dilakukan oleh para guru, siswa, staf tidak terlepas dari tanggung jawab kepala sekolah.
Sebagai koordinator
Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan. Dengan segala keterbatasan, seorang kepala sekolah harus dapat mengatur pemberian tugas secara cepat serta mengkoordinir dari waktu ke waktu pelaksanaan tugas bawahannya.
Sebagai pemikir
Kepala sekolah harus bepikir secara analitik dan konsepsional. Kepala sekolah harus dapat memecahkan persoalan melalui satu analisis, senantiasa berpikir  dan   mencari ide –ide baru dalam rangka kemajuan pendidikan di lingkungan sekolahnya.
Sebagai mediator
Dalam suatu organisasi di dalamnya terdiri dari manusia yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda yang bisa menimbulkan konflik, untuk itu kepala sekolah harus jadi penengah dalam konflik yang mungkin terjadi tersebut.
Sebagai politisi
Kepala sekolah harus dapat membangun hubungan kerja sama dengan para guru dan orang tua siswa melalui pendekatan-pendekatan persuasive dan kesepakatan. Peran politis kepala sekolah dapat berkembang secara efektif, apabila :
1.    Dapat dikembangkan prinsip kerja  yang  saling  pengertian  terhadap   kewajiban
    masing-masing.
2.    Terbentuknya koalisi seperti organisasi  profesi,  Komite Sekolah dan sebagainya.
3.    Terciptanya kerja sama dengan berbagai pihak, sehingga beragam aktivitas dapat
    dilaksanakan.
Sebagai diplomat
Dalam berbagai macam pertemuan, kepala sekolah adalah wakil resmi dari sekolah yang dipimpinnya.
Sebagai pengambil keputusan
Tidak ada satu organisasipun yang berjalan mulus tanpa mendapatkan suatu problem. demkian juga sekolah sebagai suatu organisasi tidak luput dari kesulitan-kesultan. Apabila terjadi kesulitan-kesulitan kepala sekolah diharapkan berperan sebagai orang yang dapat menyelesaikan perseolan tersebut.
Sebagai Pengawas di lingkungan sekolahnya
Sebagai pengawas pelaksanaan pendidikan di lingkungan sekolahnya, kehadiran kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap kinerja bawahannya. Para guru tentunya akan bekerja dengan baik apabila kepala seolah selalu hadir di sekolah, sebaliknya kalau kepala sekolah sering kali berada di luar lingkungan sekolah maka guru pun akan bekerja atau mengajar dengan santai.
Sebagai konsultan
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari akan dijumpai banyak hal yang kurang dimengerti oleh guru, kepala sekolah adalah orang pertama yang harus menjadi tempat bertanya oleh para guru dari bermacam hal yang tidak dimengertinya.
        Uraian di atas menggambarkan dengan jelas tugas dan peran seorang kepala sekolah. Untuk menciptakan citra sekolah yang patut dibanggakan oleh masyarakat tidak cukup dengan hanya memahami sederet kalimat-kalimat di atas, tetapi perlu tindakan yang didasari oleh keinginan yang kuat untuk memberikan yang terbaik pada sekolah yang dipimpinnya. Pemberdayaan dengan sepenuh hati akan tugas dan peran kepemimpinan kepala sekolah hanya mungkin dilakukan oleh kepala sekolah yang memahami hakekat kepemimpinannya. Bahwa kepemimpinan bukanlah suatu yang diterima dan dilegalkan dengan selembar Surat Keterangan Pengangkatan Kepala Sekolah, tetapi kepemimpinan adalah suatu yang harus dipelajari, sesuatu yang harus dibenahi dari waktu ke waktu. Dan di antara tugas atau peran kepala sekolah yang telah dipaparkan ada satu peran yang menurut penulis adalah ruh dari kepemimpinan itu sendiri. Yang penulis maksudkan adalah peran kepala sekolah sebagai motivator. Seorang kepala sekolah yang mampu memotivasi para guru atau bawahannya akan dapat dengan mudah menggerakkan kerja sama timnya ke arah tercapainya perbaikan pendidikan yang menjadi tujuan bersama. Kalau seorang Hitler dapat menggerakkan beribu-ribu tentaranya dalam berperang melawan musuh,  seorang kepala sekolah pastilah bisa memotivasi para guru atau bawahannya berperang memberantas kebodohan. 

HAL-HAL YANG PERLU DIKETAHUI GURU DALAM MENGAJAR DI ANTARANYA ADALAH
INTENSITAS PERHATIAN

          Mengajar dimaksudkan untuk mengajak anak berpikir tentang apa yang diajarkan kepadanya. Mengajak anak berpikir tidaklah semuda, pikiran anak didik adalah sesungguhnya subjek pembelajar yang akan dibenahi dalam pengajaran. Pikiran anak adalah pelakon utama, dan sangat perlu memahami hal ini sehingga guru tidak lagi beranggapan bahwa dialah yang harus selalu mendominasi proses pembelajaran. Dengan pemahaman ini guru dapat memberi waktu seluas-luasnya bagi pikiran anak untuk bereksperimen, mencari jawaban sendiri atas apa yang dipelajarinya. 
          Untuk berhasil mengajak anak berpikir dalam pembelajaran, patut diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas perhatian anak. Dari perhatian anak diharapkan dapat melatih keterampilan berpikir mereka, sebab      sangat    tidak    mungkin seorang anak akan memikirkan hal yang tidak diperhatikannya. 
Kuat atau lemahnya, tinggi atau rendahnya perhatian anak terhadap sesuatu dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor eksternal maupun faktor interrnal.
        Faktor-faktor eksternal meliputi antara lain :
a.     Objek yang menyolok. Dalam hal ini disarankan agar guru dalam mengajar sebaikya menggunakan alat 
        peraga sehingga akan membantu memusatkan perrhatian anak.
b.     Situasi sosial. Pengaruh teman-teman, bimbingan orang tua dapat mempengaruhi perhatian anak dalam 
        belajar.
c.     Kebudayaan. Mode dan cara hidup lingkungan tempat tinggal anak dapat mempengaruhi perhatian   
        anak.
        Faktor-faktor internal meliputi antara lain :
a.     Kebiasaan dan kecendrungan dari anak menentukan perhatiannya.
b.     Harapan-harapannya akan sesuatu hal.
c.     Minat dan keinginannya.
d.     Pekerjaan yangsedang dilaksanakandan tujuan yang ingin dicapainya.
          Memahami hal-hal yang menjadi penyebab tinggi rendahnya perhatian seorang anak akan memberikan gambaran bagi para guru untuk mengambil tindakan dalam meminimalkan gangguan dan mengajak anak untuk memusatkan kemampuan belajarnya, tentunya dengan perhatian penuh pada pelajaran.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar